Gangguan Psikologis Diduga Menjangkiti Lesti Kejora, Psikolog: Penderita Tidak Menganggap Kekerasan Sebagai Ancaman
Aprosnc- Kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang dilakukan Rizky Billar terhadap Lesti Kejora hingga kini memang masih terus menjadi perbincangan publik. Kekecewaan banyak warganet yang sebelumnya memberikan dukungan penuh kepada Lesti Kejora, tampak belum padam.
Pasca perdamaian antara kedua sejoli tersebut, warganet masih banyak yang terus mengeluarkan hujatan. Bukan karena benci, tetapi karena banyak yang merasa heran dengan sikap Lesti Kejora.
Warganet terus mempertanyakan bagaimana bisa Lesti Kejora kembali baik-baik saja bahkan bermesraan dengan suaminya Rizky Billar yang diketahui telah mencekik dan membantingnya berkali-kali hingga ia mendapatkan perawatan khusus berhari-hari di Rumah Sakit.
Akibat keputusannya yang dianggap tidak wajar, banyak yang menghujat Lesti Kejora dibutakan oleh cinta alias ‘bucin’ sehingga tidak lagi memperdulikan kesakitan yang dirasakan. Namun, berkembang dugaan bahwa Lesti Kejora bukan hanya sekedar buta cinta.
Tentang sikapnya yang tampak sangat legowo memaafkan semua sikap semena-mena Rizky Billar, dicurigai merupakan bagian dari ‘Stockholm Syndrome’, yakni sebuah gangguan psikologis dimana penderita tekanan atau kekerasan malah merasa cinta dan iba kepada pelaku yang membuatnya menderita.
Dikarenakan gangguan psikologis ini menjangkiti dirinya, maka membuat Lesti Kejora pun tidak lagi mengindahkan kesakitannya, namun berfokus pada rasa sayang, cinta dan ibanya pada Rizky Billar, sehingga memilih untuk bertahan.
Pakar Psikologi, Zoya Amirin menjelaskan bahwa Stockholm syndrome merupakan sindrom yang menggambarkan perempuan yang tetap jatuh cinta kepada laki-laki yang menyakiti dia. Akibatnya, tidak mendengarkan logika dari omongan orang lain yang berusaha menyadarkannya.
“Ini tuh seperti burung di sangkar emas. Pintu sangkarnya tuh udah dibuka, dia gak mau keluar juga. Jadi kita gak bisa menolong orang yang tidak mau menolong dirinya sendiri,” kata Zoya Amirin dikutip dari tayangan Silet, Jumat (21/10/2022).
Dalam keterangan lain, Psikolog dan Pakar Ekspresi, Joice Manurung mengatakan bahwa penderita sindrom ini memiliki ketergantungan yang spesifik kepada pelaku kekerasan, bergantung terhadap perlakuan manis dan baik. Sehingga, perlakuan baik tersebut membuat penderita Stockholm Syndrome menjadi candu, dan melupakan perlakuan buruk pelaku.
“Itulah yang membuat mereka tidak lagi menganggap perlakuan kekerasan itu sebagai sesuatu yang mengancam,” ungkap Joice Manurung.
Kepastian tentang Lesti Kejora mengidap Stockholm Syndrome memang belum terbukti, dikarenakan belum adanya kabar Lesti Kejora telah melakukan pemeriksaan psikologis.